Rabu, 22 Februari 2012

pengembang biakan bakteri

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme di alam tersebar luas, mulai dari tempat terdingin di
kutub sampai di dalam tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit.
Hal tersebut mengakibatkan sulitnya pengamatan mikroba secara spesifik. Oleh
sebab itu diperlukan teknik isolasi dan pemurnian agar didapatkan media murni
(Waluyo, 2005).
Bakteri berasal dari bahasa latinb a c t e r i u m (jamak :b a c t e r i a), adalah
kelompok raksasa dari organisme hidup, berukuran sangat kecil (mikroskopik)
dan kebanyakan uniseluler (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif
sederhana tanpan u c l e u s atau inti sel,c y t o s k e l e t o n, dan organel lain seperti
mitokondria dan kloroplas. Bakteri adalah yang paling berlimpah dari semua
organisme. Mereka tersebar (berada dimana-mana) di tanah, air, dan sebagai
simbiosis dari organisme lain (Djoelistee, 2010).
Bakteri adalah salah satu contoh mikroorganisme yang penting dan
memiliki bentuk yang beragam. Pada umumnya bakteri berhubungan dengan
makanan. Adanya bakteri dalam bahan pangan dapat mengakibatkan pembusukan
yang tidak diinginkan atau menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui
makanan atau dapat melangsungkan fermentasi yang menguntungkan (Buckle,
1987).
Di alam fungi dan yeast/khamir juga tidak pernah berada di suatu tempat
hanya dalam satu spesies. Karena itu untuk memperoleh populasi fungi dan
yeast/khamir dalam kultur murni, juga harus dilakukan teknik isolasi dan pemurnian. Metodenya serupa bakteri, sumber fungi hampir sama dengan bakteri.
Perbedaannya bahwa populasi fungi di air lebih sedikit dibandingkan lingkungan
dengan pH yang rendah. Pertumbuhan fungi pada medium menunjukkan
penampakan yang pada umumnya berupa benang-benang putih dan sangat mudah
untuk dilihat. Sedangkan yeast/khamir akan tampak seperti koloni bakteri yang
tidak mengkilap (Fardiaz, 1992).
Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu
dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur
murni adalah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel
tunggal. Biakan murni diperlukan karena semua metode mikrobiologis yang
digunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan
ciri-ciri kultur, morfologis, fisiologis, maupun serologis memerlukan suatu
populasi yang terdiri dari satu macam mikroba saja (Waluyo, 2005).
Di dalam mengisolasi mikroorganisme digunakan berbagai cara, antara
lain dengan cara goresan (streak plate), cara taburan/tuang (pour plate) (Lim,
1998). Cara sebar (spread plate), cara pengenceran (dilution method), serta
micromanipulator (teh micromanipulator method). Dua diantaranya yang paling
sering digunakan adalah teknik cawan tuang dan cawan gores. Kedua metode ini
didasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan organisme sedemikian
rupa sehinga individu spesies individu spesies dapat dipisahkan dari lainnya
(Hadioetomo, 1993).
Untuk mengisolasi bakteri dari tanah atau benda padat yang mudah
tersuspensi atau terlarut, atau zat cair, maka dilakukan serangkaian pengenceran
terhadap zat tersebut. Misalnya suatu sampel dari suatu suspense yang berupa campuran diencerkan dalam suatu tabung tersendiri secara berkelanjutan dari
suatu tabung ke tabung lainnya (Dwidjoseputro, 1994). Pertumbuhan bakteri pada
medium agar pada umumnya berbentuk koloni berupa lendir dan mengkilap.
Pemurnian dengan inkubasi 300C selama 2 x 24 jam (Capuuuccino & Natalie,
1983).
Pertumbuhan fungi pada medium agar dengan penampakannya berbeda
dari bakteri. Pada umumnya berupa benang-benang putih dan sangat mudah
diamati. Fungi tumbuh baik pada mediumPotato Dextrose Agar (PDA). Akan
tetapi, bakteri juga tumbuh pada medium tersebut. Sehingga, medium agar yang
akan dipergunakan untuk isolasi fungi sebaiknya diberi suatu antibiotic untuk
membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Temperatur inkubasi 280C
selama 2 x 24 jam atau lebih (Gaman & Shernington, 1994).
Perbenihan untuk pertumbuhan bakteri agar dapat tetap dipertahankan
harus mengandung semua zat makanan yang diperlukan oleh organisme tersebut.
Faktor lain seperti pH, suhu dan pendinginan harus dikendalikan dengan baik
(Balbach, 1996). Beberapa indikasi pembiakan pada laboratorium mikrobiologi
meliputi :
1. Pengasingan (isolasi) mikroba pada biakan bakteri.
2. Menunjukkan sifat khas mikroba.
3. Untuk menentukan jenis mikroba yang diisolasi dengan cara-cara tertentu.
4. Untuk mendapatkan bahan biakan yang cukup untuk membuat antigen dan
percobaan serologi lainnya.
5. Menentukan kepekaan kuman terhadap antibiotic.
6. Menghitung jumlah kuman

7. Mempertahankan biakan mikroba.
Usaha mencegah masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan dan
untuk menanam suatu spesies terdapat beberapa cara yaitu :
1. Penanaman dengan penggoresan : cara ini untuk mengasingkan kuman agar
didapatkan biakan murni.
2. Penanaman lapangan : berguna untuk penentuan jenis kuman dengan
bakteriofage dan uji kepekaan terhadap antibiotic.
3. Biakan agar tabung : biasanya diperhunakan untuk menunjukkan adanya
pertumbuhan murni mikro untuk aglutinasi gelas alas.
4. Biakan tusukan : biasanya diperhunakan untuk menunjukkan adanya
pencairan gelatin dan mempertahankan biakan baru.
5. Biakan agar tuang : menunjukkan jumlah koloni mikroba hidup yang terdapat
pada suspensi.
6. Biakan cairan : kegunaannya untuk menunjukkan biakan yang banyak dan
cepat. Kerugiannya adalah tidak dapat membuat biakan murni dari bahan yang
mengandung berbagai mikroorganisme (Dwidjoseputro, 1994).
Untuk mendapatkan biakan murni ada beberapa cara yang dapat dilakukan
yaitu : pengenceran, penuangan, penggesekan untuk menumbuhkan mikroba
anaerob dan pengucilan satu sel. Beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam
melakukan isolasi mikroba yaitu sebagai berikut :
1. Sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi.
2. Tempat hidup atau asal mikroba tersebut.
3. Medium untuk pertumbuhan yang sesuai.
4. Cara menginokulasi mikroba
5. Cara inkubasi mikroba.
6. Cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa kultur murni dan
sesuai dengan yang dimaksud.
7. Cara memelihara agar mikroba yang telah diisolasi tetap merupakan kultur
murni (Dwidjoseputro, 1994)

Pembahasan
Pengisolasian merupakan suatu cara untuk memisahkan atau
memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur
murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan
dari satu sel tunggal. Manfaat dilakukannya kultur murni adalah untuk menelaah
atau mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologisfisiologis, maupun serologis, yang memerlukan suatu populasi yang terdiri dari
satu macam mikroorganisme saja.
Ada beberapa metode atau teknik yang digunakan pada isolasi
mikroorganisme, yaitu metode tuang (pour plate), metode sebar (spread plate),
metode goresan (streak plate), pengenceran (dilution method), serta
micromanipulator (teh micromanipulator method).
Metode tuang adalah suatu teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme
di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih cair
dengan stok kultur bakteri. Dimana kelebihan metode ini adalah mikroorganisme
yang tumbuh dapat tersebar merata pada media agar, metode ini cocok untuk
isolasi mikroba yang bersifat anaerob. Kekurangan metode ini adalah kurang
cocok apabila digunakan untuk isolasi mikroba yang bersifat aerob.
Metode sebar adalah teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme di
dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur murni atau
menghapuskannya di atas media agar yang telah memadat. Bedanya dengan
metode tuang adalah pencampuran stok kultur bakteri dilakukan setelah media
agar memadat, sedangkan metode tuang kultur dicampurkan ketika media masih
cair (belum memadat).
Kelebihan metode sebar adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat
tersebar merata pada media agar, dan metode ini digunakan untuk isolasi mikroba
yang bersifat aerob. Kekurangan metode ini adalah tidak cocok digunakan untuk
isolasi mikroba yang bersifat anaerob.
Metode pengenceran dilakukan dengan cara mengencerkan suatu suspensi
berupa cairan spesies kemudian diencerkan dalam tabung tersendiri. Dari pengenceran tersebut kemudian diambil 1 ml umtuk diencerkan lagi. Jika perlu,
dari pengenceran yang kedua diambil 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut hingga
pengenceran yang diinginkan. Dari akhir pengenceran diambil kembali 1 ml untuk
disebarkan pada suatu medium padat sehingga kemungkinan besar akan
didapatkan beberapa koloni yang tumbuh pada medium tersebut. Dilakukannya
pengenceran bertujuan untuk memperoleh biakan atau koloni murni dari suatu
medium.
Selain metode yang disebutkan diatas, terdapat metode lainnya yaitu
metode micromanipulator, dimana kita memerlukan kesabaran dalam
pengerjaannya, selain itu harganya sangat mahal, tetapi dengan menggunakan alat
micromanipulator ini kita dapat mengambil satu bakteri dari sekian banyak bakteri
dengan tidak ikut sertanya bakteri lain.
Dalam pengerjaan percobaan ini, air sungai, air kemasan, tanah bawah
pohon dan tanah sampah dilarutkan dengan menggunakan akuades yang
selanjutkan dilakukan pengenceran dari 10-1 hingga 10-6 sebanyak 1 ml. Pada
pengenceran 10-4, 10-5 dan 10-6, dimasukkan ke dalam 2 cawan petri yang berbeda
masing-masing 1 ml, hal ini dimaksudkan untuk membandingkan kedua sampel.
Setelah memasukkan sampel air maupun tanah yang akan diisolasi, selanjutnya
dilakukan metode isolasi dengan menggunakan media tuang. Dalam setiap
pengenceran, ke dalam cawan-cawan petri dituangkan media NA untuk sampel air
dan media PDA untuk sampel tanah. Suhu yang tidak sesuai bisa menyebabkan
kontaminan dapat tumbuh dan mengganggu mikroba yang akan kita tumbuhkan.
Metode yang digunakan dalam mengisolasi mikroba pada percobaan ini
adalah metode tuang, dimana sampel yang di uji dituangkan pada cawan petri
yang sudah steril dan selanjutnya dimasukkan media nutrient agar untuk sampel
air dan media potato dextrose agar untuk sampel tanah, kemudian cawan petri
digoyangkan dengan pola membentuk angka delapan. Selanjutnya dilakukan
inkubasi selama 24 jam untuk sampel air dan 2 x 24 jam untuk sampel tanah,
dimana selama inkubasi cawan petri diletakkan terbalik, hal ini dimaksudkan agar
uap air yang berasal dari media tidak jatuh kembali ke atas media, sehingga media
dapat rusak.
Dari hasil pengamatan didapatkan data yaitu : untuk sampel air, jumlah
koloni terbanyak pada pengenceran air sungai 10-6 (1) yaitu sebanyak 8 koloni,
sedangkan pada sampel tanah, jumlah koloni terbanyak pada pengenceran tanah
bawah pohon 10-5 (1) yaitu hanya sebanyak 2 koloni. Jika dilihat dari banyaknya
koloni pada air sungai, hal ini disebabakan karena air sungai banyak mengandung
bakteri dibandingkan dengan air kemasan yang mana dalam proses
pengolahannya sudah melalui proses sterilisasi. Sedangkan pada sampel tanah,
yang banyak ditemukan jamur adalah tanah bawah pohon dibandingkan dengan
tanah sampah, hal ini mungkin disebabkan terjadinya kontaminasi dalam proses
isolasi, karena kita ketahui bersama seharusnya tanah sampah banyak memiliki
jamur, karena kondisi tanahnya yang lembab dan banyaknya sampah yang telah
membusuk.
Dalam proses isolasi mikrobia ini didapatkan berbagai macam bentuk
bakteri maupun fungi. Dimana untuk bakteri terdapat bentuk tidak beraturan &
menyebar, bundar, dan rizoid. Sedangkan untuk tepiannya lebih beragam meliputi
licin, bercabang, berombak, berlekuk, dan siliat. Untuk elevasi didominasi datar,
cembung dan timbul. Dan untuk warna, semuanya sama yaitu berwarna putih susu. Sedangkan untuk fungi hanya satu bentuk yaitu berbenang-benang dengan
tepian yang siliat, elevasi yang datar serta berwarna putih susu.
Dari penjelasan bentuk, tepian, elevasi dan warna dari bakteri mapun fungi
didapatkan suatu kesimpulan bahwa pada sumber mikroba yaitu air sungai, air
kemasan, tanah bawah pohon dan tanah sampah hanya didominasi oleh satu
ataupun dua jenis mikroba ataupun fungi saja. Hal ini kita dapat dari tidak terlalu
beragamnya bentuk, tepian, elevasi maupun warna dari bakteri dan fungi tersebut.
Sumber-sumber bakteri dapat kita temukan pada sampel air sungai dan air
kemasan, hal ini karena bakteri lebih mudah hidup pada media cair
. Hal ini kita
ketahui dengan penggunaan media nutrient agar yang digunakan untuk
menumbuhkan bakteri dengan sumber sampel dari air sungai dan air kemasan.
Sedangkan untuk sumber-sumber fungi atau jamur dapat kita gunakan tanah
bawah pohon maupun tanah sampah, hal ini dikarenakan bahwa jamur atau fungi
sangat suka tumbuh dan berkembang biak pada daerah yang lembab dengan
sedikit air. Hal ini dapat kita ketahui dengan penggunaan media potato dextrose
agar untuk menumbuhkan fungi atau jamur tersebut.
Kebanyakan dari hasil percobaan terhadap sampel tanah tidak hanya
ditumbuhi oleh jamur melainkan mikroba lain yaitu bakteri. Hal ini disebabkan
karena terjadinya kontaminasi selama proses pengerjaan, baik saat sterilisasi alat,
bahan maupun tangan praktikan yang tidak dilakukan secara benar. Selain itu
terdapat pula media PDA dengan sampel tanah sampah yang tidak ditumbuhi oleh
mikroba satupun, hal ini mungkin disebabkan terjadinya kesalahan yang
diakibatkan oleh praktikan yang terlalu banyak berdiskusi ataupun terlalu
sterilnya media sehingga jamur bahkan bakteri pun tidak dapat tumbuh
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari percobaan ini antara lain adalah
dalam proses isolasi mikrobia, kita dapat menggunakan berbagai macam tekni
k,
meliputi metode tuang (pour plate), metode sebar (spread plate), metode goresan
(streak plate), pengenceran (dilution method), serta micromanipulator (teh
micromanipulator method). Manfaat dengan melakukan kultur murni adalah
untuk menelaah atau mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri
kultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis, yang memerlukan suatu
populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja.
Sumber-sumber mikroba dalam percobaan ini meliputi air sungai, air
kemasan yang mana merupakan sampel bakteri, sedangkan untuk jamur atau fungi
dengan menggunakan sampel yang berasal dari tanah bawah pohon dan tanah
sampah. Dari hasil pengamatan, bakteri banyak ditemukan pada sampel air sungai
dengan pengenceran 10-6 (1), sedangkan untuk jamur ditemukan pada sampel
tanah bawah pohon dengan pengenceran 10-4 (2).
Banyaknya bakteri maupun jamur yang tidak tumbuh pada media nutrient
agar maupun potato dextrose agar, karena terjadinya kontaminasi pada saat
pengerjaannya baik sterilisasi alat dan bahan, juga karena kesalahan praktikan
yang berdiskusi selama proses isolasi bakteri dan jamur berlangsung. Selain itu
penuangan media yang terlalu banyak juga dapat menyebabkan media agar rusak
sehingga menyulitkan mikroba untuk tumbuh.
DAFTAR PUSTAKA
Balbach, M. & L.C. Bliss. 1996. A Laboratory Manual for Botany. Saunders
Collage Publishing, New York.
Buckle, K.A. 1987. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press),
Jakarta.
Capuuuccino, J.G. & S. Natalie. 1983. Microbiology a Laboratory Manual.
Addison-Wesley Publishing Company, New York.
Djoelistee, Bertha. 2010. Perhitungan Bakteri pada Media NA (Nutrient Agar).
http://btagallery.blogspot.com/2010/02/blog-post_6125.html
Diakses tanggal 10 Oktober 2010
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Gaman, P.M. & K.B. Shernington. 1994. Ilmu Pangan dan Pengantar Ilmu
Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. UGM, Jakarta.
Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalamPraktek : Teknik dan
Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lim, D. 1998.M i c r o b i o l o g y. WCB McGraw-Hill, Missouri.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi umum. UMM Press, Malang